Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Pupuk dan Racun Tanaman Mahal, Harga Komoditi Pertanian Alami Kelesuan Pasar, Petani Harapkan Standarisasi Harga Produk Pertanian

Rabu, 25 Mei 2022 | 13:35 WIB Last Updated 2022-05-25T06:35:02Z

Petani Pinang Lagi Menjemur Pinang

PADANGPARIAMAN-Harga komoditi pertanian agaknya tak terlepas dari fluktuasi harga di pasaran. Seperti terlihat pada harga komoditi pinang yang saat ini mengalami penurunan dari sebelumnya.


"Kini harga pinang di pasaran cendrung menurun, yaitu berkisar Rp. 12 ribu perkilonya di tingkat pedagang pengumpul," ungkap Khaidir, salah seorang pedagang pinang di Nagari Ambuang Kapua kemarin. 


Diakuinya, memang sudah lumrah terjadi harga komoditi hasil pertanian tidak pernah sepi dari fluktuasi harga. Adakalanya harganya melejit tinggi, namun tidak jarang pula tiba-tiba langsung anjlok ke tingkat terendah.


Ia mencontohkan, sekitar satu bulan berselang, harga komoditi pinang di tingkat pedagang pengumpul begitu melejit dengan harga jual sekitar Rp.23 ribu perkilogramnya. 


"Sepengetahuan saya, baru kali itulah harga pinang mencapai harga tertinggi, yaitu sekitar Rp.23 ribu perkilonya di tingkat pedagang pengumpul. Meski tidak berlangsung terlalu lama, yaitu kurang dari satu bulan, namun tetap saja, harga tersebut merupakan harga tertinggi penjualan pinang selama ini," imbuhnya.


Lebih jauh Khaidir menambahkan, lain satu bulan lalu, lain pula sekarang, kini harga pinang justeru cenderung menukik, atau bisa dikatakan sedikit lesu. 


Dari informasi yang diterima pihaknya, turunnnya harga penjualan pinang di pasaran juga tidak terlepas dari berkurangnya permintaan pihak luar atau untuk kebutuhan ekspor. "Memang biasanya cenderung seperti itu. Apabila permintaan pasar tinggi, sementara stok atau barang langka di pasaran, saat itu biasanya harga-harga komoditi pertanian langsung turun. Sebaliknya, jika produk melimpah, sementara permintaan lesu, maka tentu bisa ditebak. Harga-harga pun bisa saja terjun bebas," tegasnya. 



Setali mata uang, tidak jauh berbeda dengan harga komoditi pinang, harga komoditi casiavera atau biasa disebut kulit manis juga masih mengalami lesu pasar. Seperti diakui Parmato, salah seorang pedagang kulit manis di Jorong Sigiran, Nagari Malalak Utara. 


Menurutnya, kalau beberapa bulan sebelumnya harga casiavera dengan kondisi basah bisa saja mencapai Rp.23 s-d 24 ribuan perkilonya. Tapi sekarang harganya justeru menukik tajam, yaitu hanya berkisar Rp.19 ribuan perkilonya. 

"Informasi yang kita dengar, lesunya pasaran penjualan kulit manis akhir-akhir ini, tidak terlepas akibat kurangnya permintaan dari luar negera. Apakah ini katanya karena pengaruh global, seperti perang Ukraina atau apa, kita tidak paham betul tentang itu," terangnya. 


Senada dengan itu, Sutan Mudo, salah seorang petani cabe juga tidak urung mengeluhkan terjadinya fluktuasi harga pertanian di pasaran. Sebut misalnya harga cabai merah yang biasa ditanamnya, yang hanya diharga sekitar Rp28 sd Rp35 ribuan perkilonya. 


"Kalau dibandingkan dengan  tingginya harga-harga pupuk dan racun akhir-akhir ini, harga jual cabe tersebut jelas sangat jauh dari yang diharapkan. Minimal baru dikatakan cocok kalau harganya  berkisar Rp.40 ribuan perkilonya," terangnya, 


Apa yang disebutkan Sutan Mudo tersebut agaknya memang sangat beralasan, pasalnya akhir-akhir ini kenaikan harga pupuk dan racun tanaman di pasaran terbilang sangat melambung. Sebagai contoh, harga pupuk NPK Mutiara yang berkisar Rp.13 ribu perkilonya kini meningkat menjadi Rp20 ribuan. Begitu pula dengan racun tanaman yang meningkat sekitar 8 ribuan perkotaknya. 

"Karena itulah ke depan kita berharap pemerintah hendaknya bisa lebih memperhatikan nasib kami sebagai petani ini. Kalau misalnya harga minyak dan gas ada harga terendah atau ertingginya, lalu kenapa tidak begitu dengan harga produk pertanian," imbuhnya. (yurisman malalak) 

×
Berita Terbaru Update