Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Kisah Arifin Penderita Kusta, Tinggal Seorang Diri Tanpa Ditemani Keluarga

Minggu, 11 Juli 2021 | 15:42 WIB Last Updated 2022-03-31T16:33:04Z
Arifin sedang memasak nasi didapur rumah yang juga dijadi tempat tidur.


SUDAH selayaknya usia senja merupakan waktu bagi seseorang untuk menikmati masa tuanya bersama keluarga. Namun, tidak dengan bapak Arifin (63) yang mengidap penyakit kusta. 


Laki-laki yang berusia lanjut ini diketahui tinggal seorang diri tanpa ada keluarga yang menemani. Akibat dari penyakitnya itu menyebabkan kaki dan jari tangannya putus.


Saat Wartawan mengunjungi rumahnya di Korong Badinah, Nagari Lareh Nan Panjang Barat, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padangpariaman. 


Arifin sedang melakukan aktivitas kesehariannya, yaitu memasak nasi, mencuci piring dan membersihkan pekarangan rumah meskipun anggota tubuhnya tidak sempurna seperti layaknya orang yang memiliki tangan dan kaki.


Kenyataan dan takdir yang tak terelakkan ia rasakan sejak berumur 10 tahun, tepatnya saat duduk dibangku kelas III Sekolah Dasar. Pasalnya, sudah 31 tahun penyakit ini ditanggungnya sendirian. 


“Saya hidup begini saja. Sebatang kara. Sejak usia 10 tahun saya divonis dokter mengidap kusta. Sejak saat itu kerabat, sanak, famili, pergi,” ungkap Arifin, Minggu (11/7) digubuknya sambil mengusap air matanya yang menetes dipipinya itu.


Arifin menghabiskan hari-harinya di rumah sederhana berukuran 4x5 meter. Dalam kondisi penuh kekurangan, dimana tampak pakaian dan perabotan usang terletak seadanya saja di rumah tersebut. 


Hanya sebuah meja kecil dan satu kursi yang layak disebut sebagai benda paling berharga di rumah itu. Ditambah lagi rumah sudah yang ditempati itu sekaligus dijadikan dapur untuk ia memasak.


Meski dalam keadaan yang serba kekurangan di tengah perjuangannya menanggung kusta, Arifin tetap menunjukkan wajah bersahabat dan hangat saat membagi kisah. 


“Saya susah mendapat kawan untuk bercerita. Makanya saya senang kalau mau didengarkan,” katanya lagi sambil menyalakan api hendak memasak nasi.


Di rumah kecil dan sederhana itu, Arifin tinggal sendiri sembari membantu uluran keluarga dan tetangga untuk menyambung hidupnya hari ke hari. 


Baginya, semua yang ia hadapi adalah takdir dan suratan dari Allah SWT. Ia tak bisa melakukan apa pun selain bersabar dan tetap bersyukur masih bisa hidup dan dibantu oleh mereka yang masih peduli akan keberadaannya.


Ia menceritakan penyebab sakit yang dideritanya, pada saat itu awalnya kaki yang sakit dan kaku sampai menjadi lumpuh. Karena tidak ada uang untuk berobat dan memeriksa penyakit, pakai obat-obat alternatif saja saat itu.


Sejak mulai lumpuh dan tidak bisa berjalan lagi, Arifin mendapati pula jari-jari tangan dan kakinya membusuk satu per satu. Ia pun tak ingin merepotkan keluarga atas kondisi yang ia derita, sehingga Arifin memutuskan menyendiri. 


“Saya tidak mau merepotkan keluarga atau kerabat lainnya. Sejak tahun 1991 saya tinggal sendiri. Memisahkan diri dari keluarga dan orang-orang sekitar. Lagi pula, sebagian mereka merasa takut pada saya. Takut pada penyakit yang saya derita,” ucapnya mengenang.


Saat ini, Arifin mengaku ada anggota keluarga yang datang ke tempat tinggalnya untuk mengantar sambal dan beras, paling tidak sekali dalam seminggu. 


Selain itu, beberapa tetangga dan orang-orang lainnya juga kadang menyisihkan rezeki untuk dirinya. Arifin hanya menuggu di rumah, ditemani satu unit radio lama yang menjadi sumber pengetahuan baginya tentang segala sesuatu yang terjadi dan telah berubah di luar sana. 


Ia bersyukur kepada Aiptu Fitriadi salah satu anggota Polsek VII Koto Sungai Sariak yang sering mengunjunginya dan membawa buah tangan. 


"Pak polisi itu lah yang sering mendatangi dan mendengarkan cerita saya. Saya juga heran kenapa pak polisi itu tidak takut seperti orang lain," kata Arifin.


Aiptu Fitriadi menyampaikan, saat ini, selain bantuan dari keluarga dan warga, ada juga bantuan dari pemerintah berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT). Sebelumnya juga ada bantuan dari dinas sosial. 


“Keterbatasan fisik yang dia alami membuat dia tidak bisa mencari biaya hidup sendiri. Tetapi meski demikian, Arifin tetap memasak sendiri di rumah itu sudah termasuk dalamnya tempat tidur, dapur, kayu bakar. (rr)

×
Berita Terbaru Update