Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

KKN Unitas dan FKS Padang Pariaman Penyuluhan Reproduksi Sehat

Sabtu, 04 Agustus 2018 | 09:29 WIB Last Updated 2022-03-31T16:32:39Z

Sintuak, (Reportase Sumbar)--Penyebaran penyakit kelamin dan penderita HIV/AIDS yang semakin banyak di tengah masayarakat harus diantisipasi dengan pengetahuan reproduksi sehat yang benar. Akibat pengetahuan dan informasi yang tidak tepat, penderita banyak yang kaget ketika mengetahui dirinya sudah terkena penyakit tersebut.

Demikian terungkap dalam Penyuluhan  Reproduksi Sehat, Sabtu (4/8/2018), di Masjid Nurul Mubin Korong Tanjung Pisang Nagari Sintuak Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman yang diselenggarakan Kelompok 10 Mahasiswa KKN Universitas Taman Siswa bekerjasama dengan Forum Kabupaten Sehat Padang Pariaman. Tampil sebagai narasumber  Sekretaris Forum Kabupaten Sehat Padang Pariaman Armaidi Tanjung, Pengelola KIA Puskesmas Sintuak Nur Octavia Syamsul dan Bhabinkamtibmas Sintuak Aipda Roy Martin.

Menurut Armaidi Tanjung, jika tempo dulu orang dari kampungnya merantau ke luar daerah tatkala berhasil di perantauan akan  mengirimkan wesel berupa uang.  Kalaupun pulang dari rantau  dirinya akan berbagi rezeki dengan orang kampungnya. “Namun saat ini, orang yang merantau tidak hanya mengirimkan uang ke kampungnya. Tapi sekarang penyakit pun sudah dikirimkannya ke kampung yang didapatkan ketika di perantauan,” kata Armaidi Tanjung.

Dikatakan Armaidi Tanjung, dari tiga kasus HIV/AIDS yang ditemukan di Puskesmas Sintuak ternyata dua orang diperolehnya di perantauan. Satu kasus akibat hubungan seksual laki-laki suka laki-laki (LSL). Ini membuktikan bahwa merantau tidak hanya mendapatkan uang, tapi juga penyakit yang membahayakan. “Di perantauan mereka bebas melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya tanpa diketahui apakah terkena HIV/AIDS atau tidak. Sehingga kemungkinan terinfeksi HIV/AIDS tidak dapat dihindari,” kata Armaidi penulis buku Free Seks No, Nikah Yes ini.

Cara yang aman dan terbebas dari HIV/AIDS tersebut adalah menjauhi perilaku seks bebas. Ini sesuai dengan peringatan Allah Swt. “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. Al-Isra’ : 32). Jangankan melakukannya, mendekati saja kita sudah dilarang. “Setidaknya ada 12 akibat dari perilaku seks bebas ini. Sehingga sangat wajar adanya larangan mendekati zina tersebut,” kata Armaidi Tanjung menambahkan.

Nur Octavia Syamsul menyebutkan, penyebaran HIV/AIDS selain melalui hubungan seks berganti pasangan, juga melalui air susu ibu (ASI). Dengan ditemukan kasus HIV/AIDS di Puskesmas Sintuak, sejak April sudah dilakukan wajib pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin (catin)  di wilayah kerja Puskesmas. Hingga Juli sudah ada 30 orang catin yang melakukan pemeriksaan. Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui catin yang terkena HIV/AIDS atau penyakit lainnya.

“Memang banyak yang protes, merepotkan. Sebelumnya catin dari Walinagari langsung ke KUA bisa dinikahkan. Kini dari Walinagari harus terlebih dahulu ke Puskesmas untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Setelah ada hasil pemeriksaan kesehatan, dilanjutkan ke KUA. Saat pemeriksaan, catin baik perempuan maupun laki-laki, yang pernah melakukan hubungan seks intim menolak keras diperiksa. Namun setelah dijelaskan manfaat, akibat dan konsekwensinya, mereka paham,” kata Nur Octavia.        
           
Penyuluhan dihadiri dosen pembimbing lapangan (DPL) Nurlina, Walikorong Tanjung Pisang Raziom, mahasiswa KKN Kelompok 10 Unitas, dan masyarakat setempat.

(ris/arta)
 


×
Berita Terbaru Update