Almarhum Buya Syafii Maizam Tuangku Mudo |
BUKITTINGGI-Keluarga besar-Pondok Pesantren Madinatul Munawwarah Kota Bukittinggi Kamis kemarin diselimuti awan duka. Hal itu seiring berpulangnya ke Rahmatullah buya Syafii Maizan Tuanku Mudo, (61) selaku Pimpinan Pondok tersebut.
Kabar berpulangnya tokoh pendidik yang juga ulama kharismatik kelahiran Jorong Sigiran Malalak ini tersebar begitu cepat, hingga tak ayal para pelayat tampak begitu membeludak mengantarkan jenazah almarhun ke tempat peristirahatannya yang terakhir,
tepatnya di pelataran halaman Pondok Pesantren Madinatul Munawwarah yang beliau pimpin semasa hidupnya.
Tampak turut melepas kepergian almarhum, Ketua Badan Koordinasi Pondok Pesantren, Ketua MUI serta beberapa tokoh dan elemen organisasi keislaman kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam lainnya
Informasi yang dirangkum dari kerabat almarhum diketahui, buya Syafii Tuanku Mudo berpulang saat mengimami shalat subuh di mushalla tidak jauh dari kediamannya.
"Iya beberapa saat sebelum meninggal, buya bahkan masih sempat menjadi Imam shalat subuh, namun begitu memasuki rakaat kedua, tiba-tiba saja beliau merasa pusing, setelah itu langsung terjatuh," ungkap Umi Nita, istri beliau.
Meski sempat dilarikan ke Rumah Sakit, ternyata Tuhan berkehendak lain, hingga akhirnya almarhum berpulang ke Rahmatullah.
Di sisi lain, kepergian bapak tiga orang anak sekaligus kakek dari dua orang cucu ini tak urung menyisakan kepiluan mendalam, tidak hanya bagi keluarga dan kerabat yang ditinggalkan, namun juga duka mendalam bagi para santri,murid-murid umumnya bagi keluarga besar Pondok Pesantren Madinatul Munawwarah.
Begitu pula bagi teman sejawat dan jamaah setia beliau lainnya.
Isak tangis para pelayat pun seperti tak terbendung, terlebih mengingat kepergian beliau yang terbilang begitu mendadak.
Teman sejawat yang juga kerabat almarhum, Sabir Dt Batuah mengaku sangat kehilangan atas kepergian buya Syafii Tuanku Mudo.
Menurutnya, pribadi buya Syafii Tk. Mudo semasa hidupnya memang sarat keteladanan dan pengabdian, di samping dikenalmemiliki dedikasi tanpa kenal lelah membangun dan mengembangkan dunia pendidikan,
Khususnya dunia pesantren.
"Jujur kita akui jika pribadi almarhum semasa hidupnya adalah pejuang sejati, sekaligus tokoh pendidik yang tidak kenal lelah mengabdikan hidupnya bagi kemajuan dunia pesantren," ungkap S. Dt. Batuah.
Menurutnya, kepergian almarhum saat mengimami shalat itu juga menunjukkan bahwa beliau berpulang dalam husnul khatimah. "Semoga saja kita bisa mewarisi keteladanan dan semangat perjuangan beliau semasa hidupnya ," ungkap S.Dt. Batuah.
Setali mata uang, Yendra Wardi, salah seorang murid almarhum mengaku sangat kehilangan atas kepergian almarhum. Baginya sosok buya Syafii Maizan bukan hanya sekadar guru yang layak ditauladani, namun juga sosok seorang pengayom yang penuh dedikasi. "Rasanya tidak ada yang bisa terucap. Kepergian beliau merupakan kehilangan yang tak terkira," ujarnya.
Selamat jalan buya, semoga kami yang tinggal bisa menapak tulusnya jejak pengabdianmu. (Yurisman Malalak)